Single Blog Title

This is a single blog caption
19 Mar 2021

Kiat lulus tepat waktu

Oleh: Dasapta Erwin Irawan (ORCID | Scholia)

(Banner photo by Aron Visuals on Unsplash)

Dalam perkembangannya, tulisan ini sebenarnya bukan lagi hanya menjelaskan kiat lulus tepat waktu, tapi kiat lulus. Selamat membaca.

Sendiri di keramaian

Photo by Sebastian Unrau on Unsplash

Anda mungkin punya banyak kawan, tenar di sosial media, tapi saat menyelesaikan kuliah, Anda sendirian.

Menjadi seorang mahasiswa, memang sulit, karena seringkali kita dituntut untuk dapat menyelesaikan masalah sendirian. Banyak diantara mahasiswa sudah tinggal mandiri di Bandung. Terkadang, Anda sendiri bingung, apakah yang Anda temui adalah sebuah masalah, atau berpotensi menjadi masalah. Pada kondisi yang lainnya, Anda tahu bahwa itu adalah masalah, tapi bingung mulai dari mana untuk menyelesaikannya.


Kiat ini sebenarnya tidak istimewa, karena kuncinya sudah pasti sering Anda dengar. Seperti cita-cita awal Anda saat akan masuk kuliah, menjalani perkuliahan dan nantinya menyelesaikan tugas akhir bukanlah akhir dari perjalanan.

Bahkan ketika Anda merasa menabrak tembok tebal, ingatlah pasti ada jalan memutarinya. Anda hanya perlu menemukannya. Anda bukan Harry Potter bisa terbang di atas sapu, setelah menabrak tembok.

Photo by emrecan arık on Unsplash

Intinya Anda perlu membagi masa kuliah Anda menjadi dua bagian besar, yaitu bagian mengikuti kuliah dan bagian menyelesaikan tugas akhir. Pada blok kuliah pastikan Anda lulus seluruh mata kuliah pada kesempatan pertama. Kalau sering mengulang mata kuliah ya jelas masa kuliah jadi molor. Tidak usah baca artikel ini, Anda sudah tahu sendiri.

Agar bisa lulus pada kesempatan pertama, dengan nilai yang baik, ternyata tidak hanya perlu datang kuliah, mengerjakan tugas, dan nilai ujian yang baik. Ada banyak hal yang terkait sebenarnya, yang akan kami ceritakan pada artikel yang lain. Kalau ini cerita yang berlawanan dengan pengalaman saya pribadi yang dulu kurang sekali bersosialisasi.

Sekarang tentang tugas akhir. Sepertinya artikel ini akan punya proporsi lebih berat di bagian ini.

Ada banyak cara agar tugas akhir dapat diselesaikan sesuai rencana. Beberapa saran di bawah ini mungkin ada yang menjawab masalah Anda.

Putuskan topik tugas akhir seawal mungkin

Ini biasanya terjadi di tahap awal tugas akhir. Sering kali mahasiswa tidak merasa bahwa sudah saatnya memutuskan topik tugas akhir apa yang akan dilakukan. Biasanya tinggal mengikuti kuliah sesuai kurikulum, di sini Anda harus memutuskan sendiri akan mengerjakan penelitian di bidang apa. Yang mudah adalah mengikuti apa yang Anda sukai. Saat kuliah Anda pasti sudah memiliki mata kuliah favorit atau bidang favorit, misal kalau di bidang geologi: petrologi, geologi dinamik, paleontologi. Ikuti saja minat Anda itu. Pada kasus yang lain mungkin Anda menerima tawaran dari seorang dosen untuk membantu kegiatan penelitian atau pengabdian kepada masyarakatnya. Dalam kasus itu, Anda mungkin akan mengerjakan bidang yang tidak Anda sukai. Kalau pilihan ini yang Anda ambil, maka sudah pasti Anda harus menyukai bidang itu juga.

Photo by Nick Fewings on Unsplash

Satu semester, dua semester adalah waktu yang pendek. Orang bule berkata time flies when you're having good times. Nah sekarang bagaimana caranya agar secara fisik dan mental, Anda memindahkan kegiatan tugas akhir dari kotak kegiatan yang menjemukan ke dalam kota kegiatan yang menyenangkan. Ini akan saya lanjutkan di bawah.

Ketika ada masalah dalam tugas akhir, segera selesaikan

Tugas akhir Anda bukanlah urusan hidup dan mati.

Ya, memang bukan masalah hidup dan mati. Dunia akan terus berputar tidak tergantung kepada keputusan Anda untuk melanjutkan tugas akhir atau meninggalkannya. Namun demikian sebaik-baiknya pekerjaan adalah pekerjaan yang tuntas. Tugas akhir sering tidak tuntas karena ada masalah, baik masalah yang terjadi di dalam diri Anda maupun masalah yang terjadi di luar Anda.

Photo by Simon Berger on Unsplash

Masalah tentunya dapat Anda selesaikan sendiri, tapi adakalanya (sering) membutuhkan bantuan orang lain, bisa orangtua, pembimbing, atau kawan Anda. Bantuan itu akan datang hanya bila Anda menceritakan masalahnya.

Seringkali kita mengabaikan masalah hingga saat-saat terakhir. Sekali lagi ini terdengar klise. Tapi kalau masalah berat, bahkan hingga ke tingkat psikis, kebanyakan berawal dari masalah kecil. Ketika Anda gagal mengenali sebuah masalah. Sebenarnya ini bukan masalah Anda saja sebagai mahasiswa. Saya sebagai dosen juga perlu sensitif. Untuk itu para dosen sebenarnya juga membutuhkan pendidikan bagaimana mengenali masalah mahasiswa.

Membina hubungan yang menyenangkan dengan Pembimbing dan semua orang

Pembimbing adalah pengganti orang tua.

Saya tahu ini klise sebenernya. Pembimbing adalah orang tua Anda di kampus. Atau kalau bukan orang tua, ya mentor Anda. Intinya apapun masalah Anda, terutama yang berhubungan langsung dengan tugas akhir, Pembimbing adalah orang kedua yang harus tahu setelah orang tua Anda.

Photo by Finn via Unsplash CC0

Ini hal yang tidak mudah sebenarnya untuk Anda yang sifatnya tertutup (introvert). Tapi harus diupayakan.

Banyak masalah yang berawal dari ketertutupan Anda, kepada orang tua, Pembimbing, dan kawan-kawan. Masalah pribadi, misal hubungan Anda dengan lawan jenis, masalah keuangan, masalah perpecahan keluarga, walaupun kecil bisa jadi penyebab tugas akhir terbengkalai. Ada banyak contoh masalah yang tidak bisa saya sampaikan dalam bentuk tulisan. Mungkin dalam bentuk podcast.

Sekarang… Membina hubungan baik dengan Pembimbing tidak mudah, apalagi berhubungan baik dengan semua orang.

Saya tidak punya jawaban yang persis.

Intinya begini, kalau Anda berhubungan baik dengan banyak orang, maka ada banyak orang yang menjadi pengamat Anda. Kalau ada perubahan pada diri Anda, ada yang mengetahui. Saya tidak bicara perubahan yang sifatnya ringan ya, tapi perubahan yang berhubungan dengan kesehatan mental. Saya juga tidak bisa bicara banyak, karena saya bukan ahlinya, tapi masalah kesehatan mental ini seringkali tidak dirasakan oleh penderitanya sendiri.

Bahwa orang dengan kesehatan mental, bukanlah orang gila. Tapi bisa diobati dan diterapi agar kualitas hidup bisa diperbaiki. Itu yang harus dicamkan.

Saya sendiri karena sudah sering melihat banyak kasus mahasiswa yang terbengkalai tugas akhirnya, yang mungkin saja berawal karena kondisi kesehatan mental. Kala itu sayapun juga tidak paham. Tapi kemudian saya belajar.


Pembimbing sebagai pengganti orang tua.

Setelah belajar untuk Anda para mahasiswa, sekarang giliran saya bicara untuk diri sendiri sebagai Pembimbing.

Photo by Joshua Fuller via Unsplash CC0

Sebagai Pembimbing, saya, Anda, kita, harus sadar bahwa kita adalah pengganti orang tua mahasiswa di kampus. Jadi mau tidak mau, kita juga harus berperilaku seperti orang tua mereka, walaupun jelas tidak bisa persis sama. Ini saya sampaikan sebagai pengingat sebagai diri sendiri juga, karena sering kali melihat Pembimbing seperti menyerahkan semuanya ke mahasiswa. Ini menyebabkan beberapa kondisi, terutama khusus yang terkait dengan kesehatan mental.

Menjadikan tugas akhir sebagai kegiatan yang menyenangkan

Untuk ini memang sulit, bagaimana bisa urusan kuliah dibuat menjadi menyenangkan.

Bisa sebenarnya. Bagaimana caranya?

Sebelum menjelaskan caranya, saya balik bertanya. Ketika Anda mengirimkan pesan atau foto ke media sosial, apa motivasinya?

Photo by Jason Chen via Unsplash CC0

Mungkin karena ingin pesan berupa foto atau video bisa dilihat/dibaca/ditonton oleh orang lain. Pastinya akan senang kalau pesan Anda banyak yang menanggapi. Alasan yang sama dapat Anda gunakan untuk menjadikan tugas akhir adalah kegiatan yang menyenangkan.

Anda bisa membuat vlog kegiatan lapangan, mengirimkan foto-foto saat mengambil data ke Instagram, atau membuat kolase klip video tentang cara pengambilan data. Pokoknya lakukan apapun yang Anda lakukan ketika Anda sedang tamasya.

Beberapa video ini bisa dijadikan contoh. Anda bisa berkreasi dengan bebas (klik gambar untuk menonton video).

EnglishIndonesia