Tema penelitian geotermal Indonesia
Oleh: Dasapta Erwin Irawan
Hari ini LPPM ITB merilis sebuah poster bertema geotermal. Poster tersebut berisi delapan artikel terbitan 2021 yang ditulis oleh tim penulis yang beranggotakan dosen/peneliti dari ITB. Selamat untuk Dr. Niniek Rina Herdianita dan Dr. Asep Saepuloh dari FITB yang berada di antara jajaran peneliti yang diekspos.
Selamat juga untuk Indonesian Journal on Geoscience (IJOG) telah masuk ke dalam jajaran jurnal geosains yang diperhatikan oleh komunitas peneliti. Patut saya sebut di sini, bahwa IJOG adalah satu-satunya jurnal Indonesia di dalam data di bawah ini, serta satu-satunya pula jurnal yang diterbitkan oleh pemerintah secara nirlaba. Tujuh jurnal lainnya diterbitkan oleh penerbit komersial: Elsevier (enam artikel) dan Springer Nature (satu artikel).
Bu Rina bersama Yudi Rahayudin, Koki Kashiwaya, Yohei Tada, Irwan Iskandar, Katsuaki Koikea, Randy Wijaya Atmaja menulis artikel berjudul On the origin and evolution of geothermal fluids in the Patuha Geothermal Field, Indonesia based on geochemical and stable isotope data. Tim menelaah evolusi larutan geotermal menggunakan metode geokimia dan isotop.
Highlights: Waters from production wells and manifestations were classified into three types; The gasses rich in volatile H2S and CO2 ascend through faults and fractures; Interaction between volcanic water and wall rock is indicated by high Al and Li; Heat source and faults have essential functions in the formation of fluid system; and The gases originate from deep regions associated with the subduction mechanism.
Berikutnya Pak Asep Saepuloh bersama Rezky Heidi Saputro, Mohamad Nur Heriawan, and Dwiyogarani Malik menerbitkan artikel berjudul Integration of Thermal Infra Red (TIR) and Synthetic Aperture Radar (SAR) Images to Identify Geothermal Steam Spots UnderThick Vegetation Cover. Tim riset ini menggabungkan metode TIR dan SAR untuk memetakan potensi panas bumi.
Pada artikel selanjutnya, Dr. Asep Saepuloh berkolaborasi dengan Panggea Ghiyat Sabrian, Koki Kashiwaya, dan Katsuaki Koike menelaah kombinasi teknik berbasis SAR dengan geostatistik untuk mendeteksi perubahan topografi dan aliran fluida di kawasan geotermal. Judul artikelnya Combined SBAS-InSAR and geostatistics to detect topographic change and fluid paths in geothermal areas.
Highlights: U–D and E-W displacements in low coherence areas were revealed by geostatistics; Topographic change patters detected were different by the three geothermal fields; Causes of topographic change are fluid extraction, injection and magmatic activity; Displacement, lineament and elevation can be used to detect permeable zones; and Waters of permeable zones differ as sulfate and bicarbonate types with locations.
Kemudian saya memberikan sedikit pengayaan menggunakan basis data Lens.org yang mendata artikel dalam berbagai bahasa dengan metode seperti ada pada poster di bawah ini. Hasilnya adalah di tahun 2021 telah terbit 1602 artikel tentang panas bumi dalam berbagai bahasa (termasuk Bahasa Indonesia) yang diterbitkan 37% oleh Elsevier, 19% oleh Copernicus, dan 8% oleh Springer Nature. Ketiganya adalah penerbit komersial, dengan catatan, Copernicus adalah penerbit komersial yang bekerjasama dengan European Geoscience Union (EGU).
Di antara lebih dari 1600 artikel tersebut, ada 24 artikel yang ditulis oleh peneliti Indonesia (atau 1,4% saja). Artikel-artikel tersebut mayoritas diterbitkan oleh Elsevier (19%). Yang menarik adalah Universitas Negeri Surakarta Sebelas Maret (UNS) menerbitkan 13% dari artikel tersebut. Penerbit urutan ketiga adalah IOP Publishing (6%). Ini menunjukkan bahwa ketika kita perluas pencarian, maka hasilnyapun akan bervariasi, tidak hanya jurnal yang itu-itu saja.
Kemudian menggunakan data dari Lens, saya membuat awan kata (word cloud) untuk memetakan tema riset bidang geotermal, yang terdiri dari tema internasional dari 1602 artikel (peta di kanan atas) dan tema nasional dari 24 artikel (peta di kanan bawah). Sebagian kata kuncinya sama untuk tingkat internasional dan nasional, yaitu: geothermal gradient, geology, dan geothermal power. Namun lebih banyak yang berbeda. Yang menarik, kata kunci environmental science, terlihat besar porsinya di tingkat nasional tapi tidak demikian bila dilihat di tingkat internasional.
Pemetaan tema di atas diharapkan dapat membantu peneliti untuk menentukan tema risetnya tahun depan dan tahun-tahun berikutnya. Saya berpendapat tidak perlu selalu mengikuti tema riset internasional. Peneliti Indonesia dapat mengembangkan tema riset sendiri yang lebih dekat dengan permasalahan bangsa dan masyarakat.
Sekali lagi selamat untuk Bu Rina, Pak Asep, dan tim risetnya.